• Image Alt

Komunikasi UPNVYK Selenggarakan Talkshow Emansipasi Perempuan dan Kesetaraan Gender

Emansipasi perempuan dan kesetaraan gender saat ini menjadi isu yang ramai diperbincangkan masyarakat. Semakin banyak wanita Indonesia mulai tersadar untuk  memperjuangkan dan menjaga haknya. Hak untuk bermimpi, mengembangkan diri, melakukan apa yang mereka sukai, sembari tetap menjadi perempuan baik untuk orang-orang di sekelilingnya. 

Maria Tri Sulistyani, perempuan pendiri sekaligus pemilik Papermoon Puppet Theatre mengatakan bahwa kesetaraan gender adalah ketika tidak ada yang membeda-bedakan pekerjaan laki-laki dan perempuan. “Seorang perempuan bisa mengerjakan apa yang biasanya dilakukan oleh laki-laki, misalnya seperti saya saat ini, duduk dan berbicara di hadapan kalian semua. Lalu seorang laki-laki juga bisa mengerjakan apa yang sewajarnya dilakukan oleh perempuan, contohnya memasak di rumah,” ungkap wanita yang sering disapa Ria ketika menjadi pembicara dalam acara Talkshow Makna Karsa “From Us to Her”, yang diselenggarakan oleh salah satu kelompok marketing public relations Ilmu Komunikasi UPNVYK di After 9 Grill and Chill Yogyakarta (21/4).

Selain Ria, acara yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Kartini tersebut juga menghadirkan Priscilla Mariana, Koordinator Women’s March Yogyakarta. “Kesetaraan dan emansipasi wanita adalah ketika kaum perempuan diberikan kesempatan untuk melakukan apa yang mereka sukai dan inginkan,” ujar gadis berusia tujuh belas tahun tersebut.

Kedua pembicara tersebut mengakui masih cukup sulit memperjuangkan emansipasi wanita dan kesetaraan gender di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya karena Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki beragam suku, ras, dan agama. Negara kepulauan yang kaya dengan adat istiadatnya. “Sebagai perempuan yang tinggal di Yogyakarta, kota yang cukup maju ini, kita semua harus bersyukur karena masih diberikan banyak kesempatan untuk mendapatkan hak-hak kita,” kata perempuan dibalik kesuksesaan Papermoon Puppet tersebut. Senada dengan Ria, Priscilla mengakui selama menjadi Koordinator Women’s March 2018 kemarin, ia mendapat beragam reaksi dari masyarakat. Selain dukungan, banyak juga yang melayangkan ujaran kebencian langsung kepadanya.

Walaupun masih banyak kesulitan, kurang tepat jika perempuan Indonesia menggunakan kekayaan bangsanya sebagai alasan untuk tidak berani memperjuangkan hak-haknya. Priscilla mengatakan jangan sampai emansipasi dan kesetaraan gender dibunuh oleh perempuan sendiri. “Salah satu cara agar tidak mematikan apa yang perempuan inginkan adalah speak up. Kita harus berani mengungkapkan apa yang kita pikirkan, menyampaikan apa yang kita rasakan dan inginkan. Berbicara adalah cara terbaik untuk memperjuangankan hak-hak kita sebagai perempuan,” ungkapnya.

Menambahkan Priscilla, menurut Ria untuk menumbuhkan emansipasi dan kesetaraan gender harus dimulai dari kaum perempuan itu sendiri. Cara paling sederhananya adalah dengan menghapus kebiasaan suka menilai perempuan lain. Misalnya saat melihat wanita dengan rok mini, bercadar maupun hal lain yang bersebrangan atau dianggap asing. Jika ingin dihargai, menjadi kewajiban pula untuk menghargai orang lain. “Selain itu kita juga harus berani keluar dari zona nyaman. Belajar banyak hal di luar dan menggapai apa yang kita impikan,” tutup Ria.

Maulidya Alhidayah, mahasiswi Ilmu Komunikasi UNY 2016 yang menjadi salah satu peserta talkshow menyampaikan apresiasi kepada dua perempuan narasumber yang sangat menginspirasi dirinya. “Menurut saya apa yang disampaikan kedua narasumber sangat patut kita jadikan motivasi, baik untuk kaum adam maupun hawa. Tidak boleh takut bercita-cita, dan selalu berusaha semaksimal mungkin. Semoga semakin banyak perempuan Indonesia yang bisa berfikir lebih terbuka,” jelasnya.

Christin Natalin Naibaho, selaku ketua acara mengatakan bahwa melalui acara talkshow ini, selain memperingati Hari Kartini, Makna Karsa ingin mengajak para perempuan untuk berani keluar, bercita-cita dan menunjukan karya mereka. Harapannya para wanita berhenti menutup diri atas hak yang mereka miliki, serta dapat meneruskan perjungan Ibu Kartini. Sedangkan workhsop merangkai bunga di akhir acara adalah hasil konkret bahwa Makna Karsa tidak hanya berbicara, namun juga berkarya.